Wednesday, December 20, 2017

Ramai

Hidup itu ramai
Seperti lampu-lampu yang kelap kelip
Seperti klakson-klakson yang dibunyikan dengan gelagapan
Seperti motor-motor yang mengantar pemiliknya, pulang



Semenjak Sempur (daerah Bogor yang terletak di pusat kota dekat Istana Bogor) di renovasi. Banyak muda mudi, bahkan yang belum muda, dan yang udah ga muda datang kesana. Entah untuk lari, jogging, senam, jalan, duduk, jongkok atau karena gabut.

Semenjak itu juga, gue jadi sering kesana untuk lari (kebanyakan jalan sih). Disitu gue sadar kalau di Bogor tuh orangnya banyak. Di Bogor aja udah banyak, gimana di dunia. Gue berpikir keramaian yang ramai ini (ambigu) untuk apa.

Ramai sekali dunia ini
Apa boleh kita ngerasa sepi di dunia yang semarak
Apa boleh kita ngerasa sendiri padahal banyakan
Apa boleh kita ngerasa paling sedih di jutaan kisah sedih
Apa boleh kita ngerasa gak berharga padahal kita dilahirkan untuk meramaikan dunia ini
Mungkin kalau kita ga ada, fungsi dunia jadi agak oleng

Semua orang punya porsi masing masing
Kisah sakit masing masing
Yang gak mungkin bisa dijelasin lewat caption instagram

Bahkan untuk beberapa orang
Mereka ngerasa mereka orang paling menderita sedunia
Ok. Gue juga pernah di posisi ngerasa sedih
Ngerasa apaan sih semua ini
Tapi, akhirnya ramainya dunia juga menyadarkan

Gak mungkin di keramaiian ini
Cuma kita aja yang sedih
Cuma kita aja yang ngerasa sakit
Cuma kita aja yang ngerasa jatuh
Terkadang kita memang harus turun setelah ada di atas
Kalau di atas terus oksigennya sedikit
Nanti kita sesak

Jadi, its ok untuk sedih
Tapi untuk ngerasa paling sedih itu salah
Kalau kita liat baik baik di ramai dunia ini
Kamu bakal menemukan
Bahwa semua indah berdasarkan porsinya

Bahwa keramaian juga menenangkan. (fix sih ini ambigu)


0 comments:

Post a Comment

 
;