Monday, August 11, 2014

Sepatu Cokelat



kamu memujanya
dan sayap sayapku mulai patah
dalam tarian kosmik hatimu
kamu persembahkan segala
dan aku hanya satu biri biri
di tengah bulatan serigala
siap mengoyakku
dan terluka parah
tapi tak apa
aku rela terkoyak
demimu
yang bahkan bukan memuja aku
hey, wanita bersepatu cokelat



kamu suka sekali bergerak, kesana kemari, hingga kadang kepalaku pusing
kamu seceria warna pelangi, tapi sayang kamu tidak suka warna cerah
bukan kuning, hijau, atau pink yang kamu pilih
kamu suka warna gelap seperti hitam, dan tentu saja cokelat
warna cerah menenggelamkan auramu sedang warna gelap memancarkannya, karna kamu cerah kamu butuh materi gelap, ini seperti keseimbangan yin dan yang, katamu sok bijak

aku heran ketika kamu sering diam, lalu tertawa
wajahmu adalah cuaca yang labil, sebentar cerah sebentar mendung
lalu aku tau hatimu sedang terjatuh
kamu menemukan tempat terjatuh
dan ingin ada disitu seterusnya

kali ini kamu menari dengan menjentik-jentikkan tangan
dan senyummu lama lama mengembang seperti adonan donat, manis
aku tidak pernah melihat senyum semanis itu saat kamu jatuh
aku terus saja melihat kamu, melihat kamu berputar-putar indah

kamu sekarang punya tempat jatuh, kamu sebut dia tempatku jatuh
aku tidak pernah melihat sorot mata sebahagia itu setelah kamu sakit dulu, aku ikut bahagia

kamu suka sekali berkata kalau dia itu terhebat diantara semua, kamu memujanya
aku jadi sedikit takut kamu kelebihan, nanti kamu buta

berbulan akhirnya kamu mulai menangis, menangis, lalu menangis lagi
apa wanita selalu menangis seperti kamu, aku tidak tau
katamu kamu sudah tidak tau membendung rasa jadi harus menangis sebagai ritual sedih wanita
aku heran lalu mulai mengiya-iyakan saja, takut kamu mulai jail dan menempelkan lendir dibajuku
aku tidak suka kalau kamu mulai jail seperti itu, hey wanita jail

kamu mulai berbicara kesana kemari aku mulai pusing lagi
dia itu tak ada dua tapi mengapa membuatmu menangis, katamu ini salahmu
kamu selalu salah, aku heran kenapa kamu suka sekali menganggap dirimu salah
hujan turun kecil-kecil, itu bulir hujan yang masih bayi
sambil menari lagi kamu bilang kamu tidak pernah menemukan gelombang rasa seperti ini
aku bingung secepat itu kamu menagis lalu tersenyum seperti saat ini
hak sepatumu yang lima centi itu lepas
tarianmu tidak cocok dengan sepatumu dasar wanita bringasan !

lalu aku menarik tanganmu
membawa wanita ini ke toko sepatu
ini sepatu barumu.
matamu berbinar, warna sepatu itu cokelat dan sepertinya kamu sangat menyukainya
terimakasih, kamu sangat mengerti aku, katanya
dia mulai menari lagi aku was-was, sepatu itu juga ber-hak. jangan menari bringasan lagi, kataku padamu yang mesem-mesem menginjak becek hujan yang masih bayi tadi

sekarang kenapa kamu suka sekali menari, tanyaku. karena aku tidak pernah terjatuh seperti ini. walau kamu sering menangis, tanyaku lagi. menagis itu salah satu keindahan terjatuh
masa bodohlah saat ini mungkin kamu sudah jadi wanita setengah gila, kataku sarkastis
aku memang sudah gila, jawabnya tanpa ragu

mungkin dia terlalu hebat sampai sampai membuat kamu jatuh setiap hari tapi aku takut kalau tempatmu jatuh itu pergi kamu akan jatuh tak berdasar. kamu tersenyum dan mulai duduk di sampingku
ini masalah hati, katamu. hati tak pernah berpikir karna itu bukan tugasnya, apa aku pernah menangis, sakit, jatuh, hati hanya punya satu prinsip. dia yang tau kemana harus berlabuh 

lalu bagaimana tentang hatiku, hatiku berlabuh ke siapa. bukankah wanita yang dari dulu kuperhatikan hanya kamu saja, kata hatiku

tapi tak pedulilah. lebih baik aku melihatmu yang mulai menari lagi dengan sepatu cokelat yang manis sekali dikakimu itu.
melihatmu begitu tulus menari, aku tak mungkin tega mengusikmu dan tempatmu jatuh itu, aku cukup bahagia disini, melihat keindahan yang tak bisa kumiliki

0 comments:

Post a Comment

 
;